Perkembangan kecerdasan buatan (AI) telah memicu spekulasi bahwa kebutuhan untuk mempelajari bahasa asing, termasuk bahasa Inggris, akan berkurang seiring kemajuan teknologi. Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar.
Meskipun AI dapat memberikan manfaat besar dalam pembelajaran di kelas, interaksi manusia dengan guru bahasa yang terampil tetap tak tergantikan. Keterampilan komunikasi bahasa dalam kehidupan nyata masih sangat penting bagi siswa di seluruh dunia, sesuatu yang tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh AI.
AI memang mampu mengajarkan kosa kata dan tata bahasa dalam jumlah besar, tetapi bahasa adalah tentang komunikasi dalam kehidupan nyata, yang membutuhkan latihan dan bimbingan yang tidak bisa disediakan oleh AI. Dalam hal pengujian kemampuan bahasa, AI dapat memberikan gambaran tentang pengetahuan, tetapi tidak dapat mengukur secara andal sejauh mana siswa mampu menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi secara efektif.
PISA Memperkenalkan Ujian Bahasa Inggris
Pentingnya keterampilan bahasa Inggris di era AI kini diakui secara global. Untuk pertama kalinya, Program for International Student Assessment (PISA) memperkenalkan penilaian keterampilan bahasa asing, dimulai dengan bahasa Inggris melalui PISA Foreign Language Assessment (FLA). Ujian ini menggunakan tes berkualitas tinggi yang dikembangkan oleh Cambridge untuk mengukur kemampuan siswa dalam berinteraksi, memahami nuansa, dan menerapkan keterampilan bahasa dalam situasi dunia nyata.
Saat ini, PISA FLA sedang menguji kemampuan bahasa Inggris ribuan siswa di 21 negara dan ekonomi di seluruh dunia. Penilaian ini memberikan wawasan penting tentang apa yang membuat pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris efektif, terutama di tengah perubahan yang cepat saat ini. Data dari PISA FLA akan membantu memahami metode pengajaran yang efektif, sehingga menjadi dasar untuk meningkatkan keterampilan bahasa generasi mendatang.
Mengapa Keterampilan Komunikasi Bahasa Asing (Masih) Penting?
Manfaat mempelajari keterampilan komunikasi bahasa telah banyak didokumentasikan. Makalah terbaru dari Cambridge dan OECD menyebutkan bahwa belajar bahasa asing dapat meningkatkan employability, keterampilan berpikir kritis, dan kesadaran budaya—keterampilan yang sangat penting di dunia yang saling terhubung saat ini.
Jurnalis Simon Kuper dalam artikel di Financial Times menegaskan bahwa kefasihan dalam bahasa Inggris telah menjadi syarat wajib untuk pekerjaan tingkat tinggi di banyak profesi. Studi OECD pada 2021 menunjukkan bahwa 22% lowongan pekerjaan di Uni Eropa dan Inggris secara eksplisit mensyaratkan pengetahuan bahasa Inggris.
Di tengah kemudahan AI generatif, keunggulan dalam bahasa masih menjadi diferensiasi sejati di dunia bisnis.
Namun, belajar bahasa tidak hanya tentang bahasa Inggris. Penting juga untuk tidak mengabaikan bahasa ibu atau mempelajari bahasa lain, seperti bahasa daerah, bahasa orang tua, atau bahasa dari destinasi liburan favorit. Belajar lebih dari satu bahasa memberikan manfaat besar bagi individu.
Dampak PISA FLA
Sejak penelitian SurveyLang pada 2011 yang menguji kompetensi bahasa 50.000 siswa di 15 negara Eropa, belum ada lagi studi komprehensif tentang keterampilan bahasa. Penelitian itu menyoroti pentingnya belajar bahasa Inggris sejak usia dini dan manfaat paparan bahasa di luar kelas, seperti melalui film, musik, dan perjalanan.
Namun, data tersebut sudah berusia lebih dari 14 tahun, sehingga diperlukan data yang lebih mutakhir.
Hasil PISA FLA diharapkan menjadi titik balik bagi pendidikan bahasa. Data dari penilaian ini akan memberikan informasi penting kepada stakeholders dan pembuat kebijakan untuk menentukan metode pengajaran yang efektif, mengalokasikan sumber daya, dan merancang kurikulum.
Penilaian ini menggunakan standar Common European Framework of Reference for Languages (CEFR) dan melibatkan tes adaptif berbasis komputer yang inovatif, termasuk pengujian produksi lisan untuk pertama kalinya dalam survei global semacam ini. ***